- SEJARAH KERAMAT PULAU SIANTAN
- KERAMAT PULAU SIANTAN
Kecamatan  Siantan adalah salah satu kecamatan yang termasuk dalam gugusan Pulau  Tujuh yang terletak di Laut Cina Selatan dengan ibukotanya Terempak.  Pada masa pemerintahan Datuk Kaye Dewa Perkase, ada seorang kepala Lanun  yang menjadi tangan kanannya. Namanya Nakhoda Alang, ia adalah Panglima  Kerajaan Johor yang berkhianat kepada Sultan dengan cara bersekutu  dengan lanun-lanun Laut Cina Selatan. Sewaktu Pengkhianatannya diketahui  oleh Sultan, maka ia melarikan diri mengikuti lanun-lanun Laut Cina  Selatan yang menyerang pantai Negeri Johor, tetapi dapat dikalahkan oleh  Laksamana Johor. Maka sejak saat itu Nakhoda Alang mengikuti terus  lanun itu ke Gunung Kute dan menetap disana. Kemudian oleh Datuk Kaye  Dewa Perkase, ia diangkat menjadi salah seorang kepala dan akan memimpin  lanun-lanun itu untuk mengadakan aksi perampokan selanjutnya. Di lain  pihak (pihak Kerajaan Johor), telah mempersiapkan diri untuk mengadakan  penumpasan terhadap lanun-lanun yang telah bersekutu dengan Nakhoda  Alang. Untuk itu Sultan Johor meminta bantuan kepada Opu-opu Lima  Bersaudara yang berasal dari Bugis, yaitu : Daeng Malewa Daeng Penambun  Daeng Perani Daeng Kemas Daeng Mampawa. Oleh Opu-opu Lima Bersaudara  itu, tugas penumpasan diserahkan kepada Daeng Malewa. Kisah ini ada  dituliskan oleh Bapak Muhammad Thalib dalam buku PERCIKAN SEJARAH RIAU  yang bersumber dari Kitab Silsilah Melayu Bugis, karangan Raja Ali  Haji         (Pengarang Gurindam Dua Belas) yang terkenal hingga  sekarang. Dalam penjelasan buku Percikan Sejarah Riau itu, ada  menceritakan tentang Nakhoda Alang sewaktu ia memimpin perampokan di  Laut Cina Selatan. Waktu itu mereka bertemu dengan pasukan Kerajaan  Johor yang di Pimipin oleh Daeng Malewa. Hingga terjadilah pertempuran  antara lanun-lanun Laut Cina Selatan dengan pasukan Kerajaan Johor  dibawah pimpinan Daeng Malewa. Dalam pertempuran itu, Nakhoda Alang  tewas. Akhirnya para lanun itu melarikan diri membawa pulang mayat  Nakhoda Alang.
Sewaktu  mengetahui Nakhoda Alang telah tewas oleh pasukan Kerajaan Johor, bukan  main sedihnya Datuk Kaye Dewa Perkase. Kemudian Datuk Kaye  memerintahkan kepada para pengikutnya untuk membuat kubur Nakhoda Alang  lebih besar dari pada kuburan lanun - lanun lainnya, serta kuburannya  harus dimuliakan. Menurut kebiasaan para lanun itu, apabila ada diantara  mereka yang meninggal dalam melakukan aksinya (merampok), maka mayatnya  harus dibawa pulang dan dikuburkan berbeda dari orang-orang yang mati  secara biasanya, yakni di Pulau “KERAMAT PULAU SIANTAN” sekarang. Mereka  menganggap yang mati sebagai Pahlawan sehingga kuburannya dihormati dan  dimuliakan serta dianggap sebagai keramat. Kuburan Nakhoda Alang yang  terdapat di Pulau Keramat Siantan itu letaknya diantara Kampung Air  Nangak dengan Kampung Teluk Sunting, yaitu sebuah pulau kecil yang  terpisah dengan Pulau Matak. Pulau itulah yang  sekarang dikenal orang  atau yang disebut orang dengan KERAMAT SIANTAN, yang sering diziarahi  orang-orang hingga sekarang ini. Disana masih terdapat bukti nyata yang  berupa kuburan yang masih utuh. Itulah kuburan para Lanun Gunung Kute  yang tewas sewaktu merampok di laut. Diantara sekian banyak kuburan  disitu, hanya sebuah kuburan saja yang dianggap keramat, yaitu kuburan  yang paling besar dari pada kuburan yang lainnya. Kuburannya bertembok  dengan batu karang setinggi lebih kurang 70 cm. Itulah kuburan Nakhoda  Alang yang disebut Keramat Pulau Siantan.
- MENDIRIKAN BENTENG PERTAHANAN.
Sejak  kematian Nakhoda Alang untuk menjaga segala kemungkinan yang terjadi,  yaitu dikhawatirkan akan adanya penyerangan dari Kerajaan Johor atau  dari Kerajaan lainnya. Maka Datuk Kaye memerintahkan kepada pengikutnya  untuk mendirikan Benteng Pertahanan di Puncak Gunung Kute. Disamping  sebagai Benteng Pertahanan, sekaligus sebagai tempat tinggal Datuk Kaye  beserta keluarganya. Benteng itu dikerjakan oleh para lanun-lanun  beserta para tawanannya. Benteng itu terbuat dari batu karang yang  diambil dari laut. Dari puncak gunung itu terlihat dengan jelas ke laut  lepas dan sangat bagus dijadikan tempat pengintaian musuh atau lawan.  Setelah benteng selesai dibangun, Datuk Kaye beserta keluarganya dan  juga lanun-lanun tinggal disana. Selama bertahun-tahun tinggal disana,  penyerangan yang dikhawatirkan tidak juga datang. Lama-kelamaan menghuni  disana semakin bertambah ramai dan juga Putri Sri Balau Salak, yaitu  Putri dari Datuk Kaye semakin bertambah dewasa serta bertambah cantik.  Hal ini diterima dengan baik oleh Datuk Kaye Dewa Perkase. Peninggalan  benteng dan perkampungan di Gunung Kute sampai sekarang masih ada berupa  puing-puing saja seperti batu-batu dan tidak terpelihara dengan baik.  Disana juga terdapat pohon-pohon kelapa dan pohon-pohon sagu yang posisi  penanamannya serumpun-serumpun, seolah-olah memang diatur letaknya.  Kemudian terdapat pula sebuah gua yang sepi jalan masuknya, disampingnya  terdapat pohon balau yang batangnya mempunyai sebuah kamar  berpetak-petak. Didalamnya tedapat bentuk-bentuk piring-piring, mangkok,  sendok, mogol ( sejenis kuali besar ) yang biasa digunakan orang untuk  memasak nasi atau air pada upacara perkawinan dan banyak lagi yang  lainnya yang semuanya telah menjadi batu. Dipuncak Gunung Kute itu juga  terdapat sebidang tanah yang banyak kuburan, salah satu diantaranya ada  yang agak besar yang diperkirakan kuburan istri para lanun. Nisannya  berbentuk nisan perempuan, terbuat dari batu karang yang mirip dengan  nisan di perkuburan Keramat Pulau Siantan.
- PEKERJAAN MERAMPOK TERHENTI.
Mengingat  usia Datuk Kaye Dewa Perkase sudah semakin tua dan yang akan mengepalai  perampokan telah meninggal yaitu Nakhoda Alang, maka sudah tudak ada  lagi yang memimpin para lanun itu untuk pergi merampok ke laut. Lagi  pula harta rampasan telah banyak, maka Datuk Kaye Dewa Perkase melarang  para pengikutnya ( Lanun ) pergi merampok. Mereka disuruh oleh Datuk  Kaye Dewa Perkase menjaga kampung mereka saja. Apabila ada musuh yang  akan mengganggu barulah mereka melawan mati-matian demi menjaga keamanan  kampung halaman mereka. Sejak itu nereka mulai bertani menanam sagu,  kelapa, dan lain-lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.  Bila angin teduh dan cuaca baik baru mereka pergi ke laut mencari ikan  dan hasil laut lainnya. Demikianlah kehidupan mereka dari hari ke hari  semakin baik.
- ASAL MULA NAMA “TEREMPAK”
Pangeran  Merta mengemukakan usul yaitu dengan jalan merempak batu diantara kedua  tempat tersebut.mana diantara kedua tempat tersebut yang batunya dapat  dirempak, disitulah nanti akan dibuka Negeri. Lalu diadakanlah pengujian  merempak batu itu. Berangkatlah mereka ke Teluk Antang untuk merempak  batu ditelik ini. Rupanya batu-batu ditempat tersebut tidak dapat  dirempak oleh pangeran marta dan Datuk kaye Dewa perkase, pergilah  mereka ke teluk yang banyak ditumbuhi pohon-pohon bakau untuk merempak  batu. Dalam pengujian itu ternyata batu yang menyebabkan terkandasnya  sampan Pangeran Marta dan Datuk Kaye Dewa Perkase dapat dirempak, lalu  disitulah keputusan bahwa diteluk itu akan dibuka Negeri baru sesuai  dengan usul Pangeran Marta. Penjelasan : Adapun perkataan Rempak itu  menjadi kata-kata daerah dari penduduk daerah itu yaitu Rempak atau  Empak-empak artinya pun sama dengan arti tersebut diatas yaitu mengunyah  dengan gigi. Mengenai batu yang dirempak itu masih diperkirakan ada  sampai sekarang letaknya ditepi sungai dekat SMP Negeri 2 Terempa  sekarang ini dan sebagai tandanya oleh orang-orang dahulu ditanamlah  sebuah pohon kabu-kabu ( KAPAK) didekat batu itu. Tahun berapa dan siapa  yang menanam pohon kabu-kabu itu tidaklah dapat diketahui, sedangkan  sungai yang dimaksud adalah sungai yang dinamakan dengan Sungai Sugi  sekarang. Setelah berhasil menemukan daerah untuk dijadikan Negeri baru  pulanglah Datuk Kaye Dewa Perkase dan Pangeran Marta ke gunung Kute.  Begitulah selalu dijawab oleh penduduk daerah Gunung Kute jika ada yang  mau pergi ke teluk itu yaitu dengan jawaban hendak pergi kebatu  Terempak. Dari asal kata Terempak itulah yang telah mengalami  perubahan-perubahan ucapan namanya yang menjadi TEREMPA. Disamping itu  sampai sekarang selalu kita dengar cerita tentang orang-orang kebal,  orang kuat yang dapat memecahkan batu, membengkokkan besi dan lain-lain.  Orang-orang dahulu memang terkenal gagah perkasa serta sakti.
- BERDIRINYA KOTA TEREMPAK
Setelah  sekian hari ekspedisi itu mereka lalui, maka pada suatu hari bertemulah  mereka dengan suatu teluk yang terdapat sungai yang cukup luas yang  bisa dilalui oleh sampan-sampan kecil. Amat senanglah hati mereka karena  telah menemukan suatu lokasi baru yang mana lokasi itu telah  berhari-hari mereka cari. Merekapun masuk dan mendarat ketempat yang  baru mereka temui itu. Tempat itu adalah teluk Antang sekarang ini.  Merekapun mulailah beruding utnuk memilih lokasi mana yang lebih baik  dan pantas dijadikan tempat permukiman mereka nanti. Dari hasil  perundingan itu mereka memutuskan utnuk mencari lokasi yang lain yang  mungkin lebih baik dari tempat yang ada sekarang (Teluk Antang). Setelah  bulat kata mufakat merekapun mulailah meneruskan perjalanan untuk  mencari lokasi baru yang cocok bagi mereka untuk dijadikan pemukiman.  Akhirnya ditemukanlah sebuah teluk yang agak luas dan sungainya lebar  dibandingkan dengan teluk antang yang mereka temui, teluk yang baru  ditemukan itu ialah teluk Terempa sekarang ini. Setelah ditemukan tempat  baru itu yaitu teluk Terempa, timbul pula dua pendapat tentang tempat  yang akan diadakan tempat tinggal mereka. Pendapat yang pertama  menginginkan teluk antang yang dijadikan tempat tinggal, sedangkan  pendapat yang kedua menginginkan teluk terempa lah yang baik untuk  dijadikan tempat tinggal. Untuk menentukan atau memilih tempat yang  terbaik untuk dijadikan pemukiman, maka diadakan suatu sayembara  pertandingan makan batu (mengempak/menggigit batu) yang ada di teluk  antang dengan batu yang ada diteluk terempa, dengan syarat apabila batu  yang ada diteluk antang yang dapat diempak/digigit maka teluk antanglah  sebagai pemenangnya dan disanalah akan diadakan daerah pemukiman baru.  Dan  apabila sebaliknya batu diteluk terempa yang dapat diempak/digigit  maka terempalah yang akan dijadikan tempat pemukiman baru mereka nanti.  Setelah diadakan pertandingan makan batu itu, ternyata batu yang ada  diteluk terempalah yang dapat diempak/digigit. Dengan mematahi peraturan  pertandingan maka diputuskanlah bahwa terempalah sebagai pemenangnya  dan disitulah dijadikan tempat pemukiman baru. Dari asal kata terempa  batu yang dipertandingkan tadi maka untuk memberi nama kampung yang baru  dibangun itu disepakatilah dan diberi nama “TEREMPA” hingga sampai  sekarang masih tetap abadi. Dari hari ke hari dari tahun ke tahun  perkembangan dan kemajuan semakin pesat dan pengaruh pengucapan kurang  enak didengar maka nama Terempa yang berubah menjadi Tarempa. Setelah  diadakan pertandingan mengempak (mengunyah) batu maka sejak itulah orang  mulai merintis untuk mendirikan perkampungan baru. Sehingga sampai saat  ini, rumah penduduk bermunculan bagaikan cendawan tumbuh di pinggir  sungai dan ditempati ditepi – tepi pantai bahkan sampai di pegunungan  sekitarnya.
- KUNJUNGAN ORANG – ORANG KERAJAAN JOHOR
Setelah  berlangsungnya pernikahan Pangeran Marta dengan Putri Seri Balau Selak,  maka mereka segera mengirimkan utusannya ke kerajaan Brunai dan  Kerajaan johor yang mengabarkan pernikahan tersebut. Oleh Sultan ibrahim  maka didirikanlah utusan untuk memastikannya. Sewaktu utusan itu sampai  di Gunung Kute diketahuilah bahwa Pangeran Marta dengan penduduk Gunung  Kute telah pindah ke perkampungan baru yaitu di Terempa sekarang. Lalu  mereka pergi ke kampung Terempa untuk menjumpai Pangeran Marta. Utusan  itu dipimpin oleh Upu Lima yaitu Daeng Perani, saudara dari Daeng Malewa  yang diceritakan sebelumnya. Pada mulanya orang di kampung Terempa  menyangka bahwa utusan itu hendak menyerang mereka, maka segera segera  diberitahukan kepada Datuk Kaye dan Pangeran Marta bahwa telah datang  satu pasukan yang telah memasuki daerah mereka. Untuk itu mereka harus  siap melayaninya. Setelah perahu itu mendarat untunglah Pangeran Marta  cepat mengetahui bahwa yang datang itu adalah perahu dari Johor.  Kemudian Daeng Perani dan pengikutnya segera naik ke darat dan merekapun  disambut dengan baik oleh Pangeran Marta dan penduduk setempat.  Sesampainya di darat utusan itu dibawa mereka menghadap Datuk Kaye.  Pangeran Marta memperkenalkan mereka kepada Datuk Kaye bahwa yang datang  itu utusan dari Kerajaan johor. Kemudian Daeng Perani menerangkan  maksud kedatangan mereka ke kampung Tarempa ini adalah membawa pesan  dari Sultan Ibrahim agar Pangeran Marta kembali ke Brunai atau ke Johor  karena mereka tidak mengizinkan Ia menikah dengan anak Datuk Kaye Dewa  Perkasa. Tetapi itu semua telah terjadi. Pangeran Marta tidak mau lagi  kembali ke Brunai atau ke Johor karena Ia telah betah tinggal di kampung  Tarempa apalagi Ia telah menikah dan mempunyai istri yang sangat Ia  cintai. Setelah diutarakan oleh Pangeran Marta bahwa Ia tidak bisa  kembali lagi ke Brunai atau ke Johor, maka utusan itupun segera kembali  ke Kerajaan Johor untuk mengabarkan berita tersebut terhadap Sultan  Ibrahim. Sejak saat itu berakhirlah sengketa dan permusuhan antara  Sultan Ibrahim (kerajaan Johor) dengan Datuk Kaye. Malahan kadang –  kadang Pangeran Marta pergi ke Kerajaan Johor sambil membawa istri dan  anak serta mertuanya Datuk Kaye Dewa Perkasa. Jadilah kampung Terempa  sebagai tempat persinggahan bagi orang – orang Johor yang akan menuju ke  Brunai atau sebaliknya, bahkan ada juga yang menetap disini sehingga  bertambah ramailah kampung Terempa. Semenjak itu, mulailah orang – orang  dari negara lain muncul di Terempa misalnya dari Negeri Jambi ada yang  datang ke Terempa. Tentang kunjungan Daeng Perani ke Siantan ini dan  daerah ini menjadi daerah takluk Kerajaan Johor. Ini dituliskan oleh  Raja Ali Haji dalam bukunya “TAHPAT ANNAPIS”.
- KEDATANGAN ORANG – ORANG BRUNAI
Setelah  diketahui oleh Sultan Ahmad (Raja Brunai) bahwa anaknya Pangeran Merta  telah menetap bersama lanun – lanun di laut cina selatan, maka Ia  berusaha untuk membebaskan anaknya dari lanun – lanun tersebut. Untuk  itu baginda minta bantuan pada lanun – lanun dari Sulu (Fhilipina). Maka  berangkatlah Hulubalang - hulubalang Kerajaan Brunai dengan lanun –  lanun Sulu yang bernama “BAJAU”. Pertama kali mereka mendarat disalah  satu pulau di Kecamatan Siantan yang belum ada penghuninya dan belum ada  namanya. Akhirnya pulau itu mereka beri nama Pulau Bajau yaitu Pulau  Nyamuk sekarang ini. Kemudian mereka bertemu dengan orang – orang di  Pulau Nunse, disana terdapat pengikut – pengikut Pangeran Merta yang  telah pindah di Pulau Belibak. Tetapi orang Pulau Nunse itu menunjukkan  ke arah kampung Terempa. Setibanya mereka disana, kampung mereka telah  ramai dihuni orang sampan – sampan yang telah berlabuh di muara sungai  dan juga telah banyak disana. Mereka disambut baik oleh Pangeran Merta,  amatlah senang hati angkatan Brunai setelah mengetahui tentang kehidupan  Pangeran Merta di Terempa. Tidak lama kemudian utusan itupun segera  pulang ke Brunai untuk mengabarkan berita pada Sultan Ahmad. Dengan  utusan itu juga Pangeran Merta banyak pula mengirimkan barang – barang  sebagai tanda kenangan kepada Ayahandanya. Demikianlah keadaan kehidupan  di kampung Terempa berjalan dengan aman dan sejahtera dbawah pimpinan  Datuk Kaye Dewa Perkase dan Pangeran Merta. Sedangkan perkampungan di  Gunung Kute yang telah ditinggalkan mereka tidak dibiarkan begitu saja.  Sekali – kali mereka juga datang ke Gunung Kute untuk melihat – lihat  keadaannya, karena disana juga merupakan tempat tinggal mereka dahulunya  dan tidak mudah dilupakan begitu saja.
- TEMPAT PEMBUANGAN ORANG – ORANG JAMBI
Banyak  Negeri yang masuk kekuasaan Johor diduduki oleh Kerajaan Jambi yang  akan mengadakan penyerangan terhadap Negeri Pahang, Negeri – negeri yang  mereka duduki itu mereka jadikan sebagai basis pertahanan dalam  penyerangan mereka nanti. Protes – protes tentang pendudukan itu telah  dilakukan oleh Sultan Ibrahim terhadap Keraajaan Jambi, namun semuanya  itu tidak diindahkan oleh Raja Kerajaan Jambi. Akhirnya Kerajaan Johor  membuat pernyataan perang terhadap Kerajaan Jambi pada tahun 1685  Kerajaan Johor menyerang Negeri Jambi. Sebelum penyerangan itu  berlangsung terlebih dahulu Kerajaan Johor mengadakan persiapan dengan  membuka Negeri baru yaitu di Sungai Carang. Dalam penyerangan itu  Kerajaan Negeri Johor dibantu oleh Kerajaan Negeri Pahang, Riau dan  Lingga. Tidak ketinggalan pula Panglima Kerajaan Johor seperti Opu – opu  Lima Bersaudara yang berasal dari Negeri Bugis. Akhirnya Kerajaan  Negeri Jambi dan para Hulubalang – hulubalangnya dapat dikalahkan oleh  Kerajaan Negeri Johor dengan bantuan Opu – opu Lima Bersaudara yang  berasal dari Negeri Bugis. Dengan  kekalahan yang dialami Kerajaan  Negeri Jambi, maka Negeri Jambi menjadi daerah kekuasaan Negeri Johor,  dan oleh sebab itu setiap tahun mereka harus menyerah upeti ke Negeri  Johor yang pusat pemerintahannya telah berpindah ke Negeri baru yaitu di  Sungai Carang Pulau Bintan. Adapun tentang peperangan yang disebutkan  dalam buku atau kitab “TAHPAT ANNAPIS” karangan Raja Ali Haji. Untuk  membalas jasanya itu, maka Sultan mengawinkan putrinya Tun Tipah dengan  Daeng Parani. Adapun Hulubalang – hulubalang Jambi itu diserahkan kepada  lanun – lanun di laut cina selatan yang waktu itu dibawah kekuasaan  anak saudaranya. Di masa itulah persekutuan Johor, Pahang, Riau dan  Lingga menjadi Negeri yang mashyur dan mencapai puncak kejayaannya.
- DAERAH KEKUASAAN JOHOR, PAHANG, RIAU DAN LINGGA
Atas  persetujuan Datuk Kaye Dewa Perkase dan Pangeran Merta maka untuk  melindungi penduduk kampung Terempa serta menjamin tali persaudaraan,  Terempa dijadikan daerah Teluk Kerajaan Johor, Pahang, Riau dan Lingga  pada tahun 1685. Adapun berkat kesetiaan Opu – opu Lima Bersaudara dan  keikutsertaannya lanun – lanun di laut cina selatan daerah teluk dan  daerah kekuasaannya semakin luas hingga akhir hayatnya. Kemudian  wafatlah Sultan Ibrahim dengan tenang dan disaksikan Opu – opu Lima  Bersaudara dan juga dihadapan Ayah saudaranya yang datang dari luar  lengkap dengan pengiringnya.
- MASUKNYA ORANG – ORANG SUKU MANTANG
Setelah  masuknya Terempa didalam daerah Teluk Johor, Pahang, Riau dan Lingga.  Maka ramailah lalu lintas di laut cina selatan. Pada musim timur (musim  teduh) masuklah serombongan perahu yang berlayar dengan kain kuning  memasuki Teluk Terempa, mereka berasal dari Mantang. Ini diketahui oleh  penduduk yang berasal dari pulau – pulau di perairan, karena suku  Mantang itu berada di daerah Riau. Mereka dipimpin oleh Seorang pemimpin  yang mereka sebut “BATIN”. Batin mereka itu bernama Batin Kopak,  merekalah sekarang yang disebut PESUKU (orang suku laut).  Mereka datang  untuk meminta izin menyelam “LOLAK” (sejenis kerang – kerangan) dan  mendirikan perkampungan diman mereka menyelam. Hal itu diizinkan oleh  Datuk Kaye Dewa Perkase dengan syarat mereka harus patuh dan taat dengan  peraturan yang berlaku disana. Jika mereka dapat hasil laut sebagian  harus diserahkan kepada Datuk Kaye Dewa Perkase di Terempa. Sampai  sekarang keturunan orang Mantang itu masih ada dan mendiami pulau –  pulau di Siantan ini seperti di Mengkait, Air Sena, Pemutus dan  sebagainya. Bahasa dan adat istiadat mereka hampir sama dengan orang –  orang suku Mantang yang terdapat di perairan Riau. Menurut ceritanya  apabila mereka disuruh menghadap Datuk Kaye, Datuk Kaye cukup  mengirimkan kulit kemak kepada mereka dengan menerima kulit kemak itu  mereka tahulah bahwa mereka dipanggil menghadap Datuk Kaye Dewa Perkase.
- MASUKNYA SUKU BANGSA LAIN
Adapun  suku bangsa yang biasanya masuk ke daerah ini pada abad XVIII, mereka  masuk ke daerah ini setelah persekutuan Johor, Pahang, Riau dan Lingga  menjadi daerah takluk Belanda dan bangsa Tiongkok. Tulisan ini hanya  menceritakan tentang silsilah penduduk asli Siantan maka mengenai  masuknya suku bangsa lain tidak diuraikan secara mendalam.
- SEJARAH SINGKAT DESA AIR SENA
Desa  Air Sena Adalah salah satu Desa yang letak nya di Kabupaten kepulauan  Anambas,desa ini mayoritas penduduk nya adalah Suku Laut,Cina Dan  Campuran Cina Dayak dan ada pula Dayak Asli Iban di desa air sena ini.
Agama yang dianut di Desa Air Sena Adalah Agama Katholik dan Agama Budha..jadi Non Muslim di Desa Air Sena.
konon nya pada waktu zaman bahelak,kampung ini didirikan oleh 8 orang bersaudara Dayak Iban dan Suku Laut.
Saksi keturunan yang masih hidup Dayak IBAN adalah KELUARGA BESAR KEDEK,WA BALOH,CENGKOK,SONTET,Dll.
dulu  kampung ini dipenuhi oleh Hutan-hutan. tetapi setelah di masuki orang  Dayak iban dan penduduk asli nya SUKU LAUT mulai lah terjadi nya  pembangunan atau pemerataan Hutan.
Cerita Singkat....ga boleh dituangi semua,nanti banyak yang nyontek...
WKwkwkwkkkkk...kidding.
Hebat..Hebat.. yaaaaaa orang-orang dulu..atau Pak tuha2 nya..!!!!!!!!!!!
Yang jadi pertanyaan nya, koq sekarang udah Jadi Desa Pemimpin nya yang bego2 yaa..????
memang kalo dibandingi dengan para leluhur kita ga ada apa2nya Pemimpin sekarang,tau nya majohh ajok...
- PENUTUP
KESIMPULAN  Berdasarkan cerita yang telah diuraikan diatas maka penulis dapat  mengambil suatu kesimpulan, bahwa : Penduduk asli Siantan ini terdiri  dari orang – orang yang berasal dari : Lanun – lanun Kamboja dan para  tawanannya yang berasal dari : Pesisir Timur Semenanjung Malaysia  Singapura Dan pulau – pulau di perairan Bintan Orang – orang dari  Kerajaan Brunai Orang – orang dari Kerajaan Jambi.
Nama  kota ini sebenarnya adalah “TEREMPAK” berasal dari kata terempak  (mengempak, menggigit atau mengunyah). Karena mengalami perkembangan  zaman sehingga kata Terempak berubah menjadi “TEREMPA”. Tentang bukti  peninggalan sejarah masih ada sampai sekarang baik yang berupa benda  maupun kebudayaan. Peninggalan yang berupa benda atau barang yang masih  ada sampai sekarang yaitu : Adanya tanda – tanda yang ada di Gunung Kute  Adanya kuburan Keramat di Pulau Siantan Masih adanya keturunan orang  suku laut (Pesuku) Kuburan di Pulau Nunse. Peninggalan yang berupa  kebudayaan yaitu : MENDU : yang berasal dari perairan Brunai GENDANG  SIANTAN : semuanya sama dengan irama gendang Brunai NYAMBUK : tari  topeng yang menjadi tari rakyat Kamboja ZAPIN : tari lanun (bajak laut)  HADRAH : berasal dari Brunai GASING : permainan rakyat Brunai JOGET :  permainan orang Semenanjung PANTUN KATA : permainan anak asli Siantan  yang sama dengan bangsa Brunai.
By : LIONARDO ss
DESA AIR SENA
 
Coin Casino: Welcome Bonus & Free Spins | BonusWise
BalasHapusYou can play 인카지노 the 1xbet korean latest casino games at the best online casino in choegocasino the UK. Check out our detailed guide to the casino game selections, promotions, free spins,
Lucky Club Casino Site - Live! Social casino games!
BalasHapusLucky Club is an online gaming platform which offers sports betting, slots, roulette, and live luckyclub dealer games. LuckyClub is operated by a